13 November 2007

keutamaan tafakkur

KEUTAMAAN TAFAKKUR

Tiada hal yang paling indah kecuali bersanding dan taqorrub kepada sang kholik yang maha rahman dan rahim.hal ini yang sering kali terlupakan oleh kita yang bahwasannya dunia ini adalah fana, akan tetapi kita selalu mengutamakan dunia yang fana ini dan melupakan kehidupan yang abadi nantinya.

Sekarang ini, manusia sudah mulai lupa akan hakikat seorang hamba terhadap penciptanya. Padahal kita semua mengetauhi bahwasannya hidup di dunia ini adalah sementara dan semuanya fana, oleh sebab itu marilah kita menyisihkan waktu kita untuk merenung ( tafakkur) sejenak, sehingga kita terbangun dari mimpi kita yang telah melarutkan kita dalam menyikapi kehidupan yang sementara ini.

Hal ini tercermin dalam realita kehidupan masyarakat Indonesia dimana mayoritas muslim, akan tetapi terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam bermuamalah diantaranya korupsi, kolusi dan nepotisme yang telah membudaya di Negara tercinta ini.

Tiada lain, hal ini karena kurang mengenal Allah dan tidak mengamalkan ajaran-ajaran-Nya dalam bermuamalah. Untuk itu perlu kita ketauhi cara yang tepat untuk lebih mengenal Allah adalah dengan jalan tafakkur. Dalam surat Al-baqarah ayat 219 Allah berfirman:

”Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.

Dalam kitab risalatul muawanah disebutkan juga bahwa ” tafakkur sesaat lebih baik dari pada ibadah satu tahun” Hal ini karena dengan kita bertafakkur serta bermukhasabah kita dapat mengetauhi kekurangan-kekurangan kita,tanda-tanda kebesaran Allah sehingga kita dapat mensyukuri anugrah dan nikmat Allah yang telah diianugerahkan kepada kita dan semoga kita tergolong orang yang pandai bersyukur.

Dalam hal ini,Ali bin Abu Tholib karromahhu wajhah sebagai pintunya ilmu mengatakan :

” tiada Ibadah yang dapat menyamai dengan Tafakkur” Ini menandakan bahwasannya keutamaan tafakkur sangat besar sehingga jangan sampai ibadah yang begitu mulia kita tinggalkan pada kehidupan ini.karena dalam kitab lain para arifin menuturkan juga bahwasannya :

”Berfikir adalah lampunya hati atau cahaya hati dan apabila lampunya hilang maka gelaplah hati. Padahal hidup ini adalah cerminan hati kita dan apabila hati kita telah padam tanpa ada cahaya maka jalan kitapun akan menerjang batas-batas syara’ yang nantinya akan memgantarkan kita menuju tempat yang hina baik di dunia maupun di akhirat.

Hal ini menunjukkan bahwasannya ” baik, buruknya amal kita tergantung pada tafakkur ” hal inipun diperkuat dengan adnya perkataan para arifin dalam kitab yang sama bahwasannya :

”Sesungguhnya bagusnya dunia dan agama akan terhenti dengan bagusnya tafakkur.”

Telah nyata bahwa dunia dan agama yang memang akan membawa kita dalam kondisi yang bagaimanapun baik itu sekarang ataupun setelah dibangkitkan saja dapat terhenti karena tafakkur yang benar. Jadi apakah kita tidak mampu untuk meluangkan waktu 1(satu) detik untuk melakukan ibadah ini.

Dalam tafakkur ada batas-batas yang tidak boleh dilakukan yaitu tafakkur terhadap dzatnya Allah akan tetapi ikita dianjurkan untuk memikirkan ciptaannya dan ayat-ayat-Nya baik ayat qouliyah maupun kauniah.

Dengan begitu tampak sekali bahwasannya islam juga sangat mengedepankan intelektual dan menyerukan kepada ummatnya untuk menjadi para intelektual-intelektual yang handal dalam batas-batas syara’, hal ini tercermin dari perintah dan anjuran untuk melaksanakan tafakkur.

Jadi tergantung pada diri kita, apakah kita ingin menjadi intelektual ataukah tidak, sehingga dapat mjemberikan wartna dalam kehidupan didunia dan hasilnya dapat kita petik di akhirat nanti.